Senin, 14 Agustus 2017

Review Gigs: DO IT TOGETHER



"To me, music is no joke and it's not for sale"
-Ian MacKaye-

Saat ini di lingkungan skena lokal kita tidak dalam kondisi berperang, tidak dalam kondisi haus informasi, tidak dalam kondisi lepas kendali, dan saat ini kita tidak dalam kondisi lesu semangat sebab saat ini kita dalam posisi bertahan untuk saling menguatkan dan menghidupi satu dengan yang lainnya.

Sebenarya ini cukup terlambat untuk menulis sebuah review gigs yang sudah digelar dua edisi dan saya baru mengawali tulisan ini beberapa minggu selepas edisi kedua berlangsung. sebelum memulai banyak kata pada paragraf selanjutnya saya mencoba membuka dengan menjelaskan bahwa saya tidak bermaksud untuk menulis dengan kebanggan dan fanatisme berlebihan terhadap sebagian kelompok, saya juga bukan penulis dengan pengetahuan literatur musik yang bagus seperti telah tersampai diatas mengenai kondisi skena lokal kita di surabaya seperti penuturan seorang kawan di tongkrongan beberapa pekan lalu ketika kami masih mempersiapkan urusan teknis menuju perhelatan gigs "Do It Together yang ke-2.

Perform The Classhat menggila habis di DIT #2

"Bagaimana ini bermula?" 
Awal kali saya mengetahui rencana pengorganisiran gigs "Do It Together" dari seorang kawan bernama Brian yang pada saat itu kami bertemu di salah satu tangkringan favorit GARASI337, momen waktu itu juga merupakan perjumpaan pertama saya dengan brian yang datang dengan membawa tawaran untuk membangun event musik dengan tujuan dedikasi sosial bersama musisi dari band-band lokal. Ini bukan konsep yang baru lagi tetapi dengan keyakinan saya pada ketulusan kawan baru ini, saya coba membantu mengkomunikasikan pada forum tongkrongan malam itu maka sepakatlah kami mengambil tema Do IT Together. Gagasan mengenai konsep gigs dan kolektif ini bertujuan untuk membangun iklim skena lokal dalam mendedikasikan hasil kegiatan sebagai panggilan tanggung jawab sosial, berbagi satu sama lain melalui cara bermusik kami. Dari kesepakatan kami atas konsep acara terkumpul tiga poin dasar yaitu: DONASI-DEDIKASI-PROMOSI kelak kami yakini nantinya menjadi pondasi konsep di keberlanjutan acara DIT kedepan. Melalui tiga poin dasar ini kami sepakat untuk menDONASIkan seluruh hasil perolehan profit acara ke masyarakat di sekitar kami secara langsung sebagai dana sosial . Kedua : Pada konsep DEDIKASI kami tidak hanya mengaklamasikan pesan-pesan founding father HC / PUNK tentang gerakan perubahan hanya melalui musik, kami sedikit mencoba merealisasikan melalui pembelajaran dalam skena secara rileks dan sesuai kapasitas kami melalui rilisan zine sebagai harapan kedepan agar mampu menjadi media interaktif antara satu individu dengan kelompok / individu yang lain dan mungkin bisa membuka forum diskusi yang lebih dialektis. Tentang PROMOSI poin ketiga ini juga merupakan unsur penting dalam keterlibatan band lokal untuk lebih terkoneksi satu sama lain menghidupi intensitas berkarya dalam skena lokal termasuk dalam keberlanjutan urusan dapur produksi mereka kedepan.

Perform The Justice band Oi! dari kota Malang, membuat suasana makin panas. 

 "Lakukan bersama-sama"
Perhelatan pertama "Do It Together" dilancarkan pada satu venue dimana sebuah ruangan seperti garasi mobil di M-Radio Surabaya disulap untuk arena mosphit lengkap bersama panggung mini altar musisi lokal. Kala itu cuaca memang tidak mendukung hujan turun diluar prediksi kami ketika band pertama mengetuk'kan dentuman tempo drumnya dan penonton yang datang tidak lebih dari seperempat tiket masuk. Beberapa panitia sempat kebingungan antara mengatur venue dan berpacu bersama kekhawatiran jika acara ini gagal dan kami harus patungan lagi untuk menutup kerugian operasional, tentunya rencana untuk donasi ke panti asuhan terganti dengan Donasi kolektif kerugian. Tetapi diluar dugaan kecemasan kami, meskipun hujan tetap turun satu persatu tiket acara mulai ludes terjual seiring halaman parkiran motor yang dipenuhi pengunjung.
Beberapa Zine dan Rilisan CD Kompialsi DIT-1 juga Lenyap tak bersisa, keadaan ini membuat pikiran kami merasa lega melepas lelah dan mereduksi bersama euforia acara bercampur keringat beserta bau mulut dari kecapan estafet gelas anggur. Jika salah satu dari kalian yang membaca tulisan ini sempat menghadiri event gigs DIT. Edisi pertama tentunya mersakan sendiri bagaimana hangatnya venue petang itu diantara suhu dingin hujan dan dentuman kencang tempo musik HC/PUNK, underground. Tanpa batas barigade-tanpa sekat usia, semua pengunjung baik panitia maupun penonton sama-sama lepas dalam euforia acara. Terlebih di luar venue tempat band berlangsung juga ada deretan lapakan baca yang digagas oleh komunitas Taman Bacaan Masyarakat "Tenda Buku". Sebagian yang datang juga mengerubungi lapak sablonase GARASI337 yang dengan sibuknya mencetak tumpukan kaos dengan desain gambar poster event. Petang itu terasa hangat sekali seperti momentum reunian dan kerinduan tentang Gigs Sebagai tempat rekreasi dan berbagi interaksi antar personal hingga kelompok-kelompok kolektif kecil berbagai latar belakang.

Di pelaksanaan perhelatan gigs DIT. Pertama tentunya tak lepas dari peran tangan dan keringat kawan-kawan yang banyak mengisi, baik itu secara bantuan teknis maupun penghubung jaringan mulai dari kebutuhan foto kopi sampai sumbangan kolektif. Jika beberapa yang tidak objektif dalam mengamati teknis manajemen event mungkin mengira acara ini dikelola oleh segelintir tenaga pribadi yang multifungsi. Berbeda dengan spekulasi tersebut kenyataan dilapangan pengorganisiran event ini terlihat sangat otonom dan demokratis. Dimana semua mengambil peran tugas sesuai kemampuan dan kapasitas masing-masing dari kesadaran kolektif. Saya sendiri masih ingat bagaimana beberapa kawan yang sempat mengeluh pesimis bagaimana bisa membangun event dari modal nol Hanya berbekal jaringan pertemanan dan janji aksi sosial, tentunya tak lebih seperti partai politik bukan? Tapi beberapa dari kami selaku pengorganisir berikhtiar untuk tetap optimis bagaimana ketulusan dan komitmen baik menjadi dasar tanggung jawab harga mati, yang nantinya jika meleset pertaruhan utama adalah masa depan relasi pertemanan hingga keberlangsungan kolektif ini tentunya. Ohya pada perlehatan DIT. Pertama ini sempat di isi oleh beberapa nama band lokal surabaya seperti : SCREAMING OUT - THE SINNERS - INSTANT - BLACK DIAMOND - POLUTION ATTACK - FULL LOYALITY - WOLFXFEET - STRENGHT OF CHANGE - HOLD - US. DOLLAR - RAISING DOWN - NYAM NYAM CHEESE - FROM KIDS - FLOW DOWN - POLLAR 33.
Kebanyakan masih dari band HC-PUNK skena lokal itu pun atas kesukarealaan kawan-kawan band yang patungan kolektif sebagai pengisi acara. Terlebih dari hal tersebut kawan-kawan pengorganisir menyampaikan banyak rasa hormat dan terima kasih tanpa batas entah bagaimana membalas kebaikan kawan-kawan ini. Kami hanya berharap pada momentum disaat tergugahnya semangat solid pada tempo waktu ini agar dapat terus terjaga dengan baik kelak sebagai bekal untuk berkembang bersama-sama.

Satu minggu selepas perhelatan acara DIT. Yang pertama kami berinisiatif kembali berkumpul untuk melakukan evaluasi dan rekapitulasi hasil profit perolehan acara yang nantinya akan dipublikasikan kemudian lekas disalurkan ke Panti Asuhan sebab beberapa hari sebelumnya salah satu kawan kami sudah menemukan rujukan sebuah rumah panti asuhan yang sangat membutuhkan bantuan. Diluar rencana yang telah disusun ternyata respon baik dan kesukarelaan kawan-kawan yang terkumpul secara materi cukup banyak mulai dari buku, kebutuhan pokok, pakaian layak pakai, hingga obat-obatan penunjang kesehatan yang kelak bisa dipergunakan oleh sahabat-sahabat di panti asuhan.

Perform band asal kota udang Sidoarjo Black Rawk Dog, membuat para audience bergoyang ria.

"Melanjutkan kembali momentum kebersamaan" 
Layaknya seperti slogan "Manusia tidak akan pernah terpuaskan oleh keinginan" serupa dengan kondisi selepas perhelatan DIT. Pertama. Beberapa kawan yang sempat mengorganisir kembali melanjutkannya untuk perhelatan di edisi kedua. Tentunya ketidakpuasan kawan-kawan ini buka berdasar dari pencapaian eksitensi dan pembangunan image komunitas saja, terlebih dari itu kesempatan ini merupakan sebuah momentum berkumpul yang pantas untuk disalurkan melalui aktifitas kolektif yang positif. Berbekal dari pengalaman pelaksanaan gigs pertama dan sisa hasil kolektif yang sengaja disimpan sedikit sebagai modal keberlanjutan kegiatan ini, beberapa kawan bersepakat untuk melanjutkan dengan konsep yang lebih meluas Poin pertama - adalah kami membuka pintu partisipan band lebih lebar pada debut album kompilasi DIT. Volume dua tercatat ada sekitar 50 band lokal dengan berbagai macam genre. Harapan kami tak lebih dari memperluas jangkauan dengar musik kawan-kawan kami di scene surabaya. Poin kedua - Penggarapan Zine sebagai media cetak interaktif telah di isi oleh banyak konten tulisan dan review band yang cukup informatif kelak nantinya dapat menjadi berkelanjutan di ruang-ruang diskusi antar tongkrongan. Poin ketiga - Konsep donasi telah dialokasikan dari profit penjualan CD kompilasi, Tiket masuk, dan profit lapak (Yang sebelumnya hanya dari tiket masuk serta sumbangan beberapa kawan) dari ketiga poin tersebut masih ada beberapa konsep kreatif yang menjadikan DIT. Sebagai mediator antar lingkar jaringan gigs khususnya di skena lokal surabaya.

Di perhelatan DIT. volume kedua ini kawan-kawan bersepakat menylenggarakan di akhir bulan Juli tepatnya pada tanggal 22 bertempat di P-two Cafe Surabaya dengan beberapa band pengisi acara sperti : BRIGADIR MALLABY - FULL FRONTAL - DEPO SAMPAH - WAR FIGHTER - TIKAM - LAST OF NIGHTMARE - BAD IDEA - BLACK RAWK DOG - VITAL PENTOLS - THE CLASS HAT - FIRE BRENDER - LEVITICUS - THE JUSTICE. Diluar stage band pengisi acara partisipan untuk workshop kreatif digawangi oleh aksi Cetak Sablon Kaos ( oleh: GARASI337 ) featuring dengan Cetak grafis "Cukil Kayu" media: poster & kaos ( Oleh : Redi Murti ).

Rencana telah disusun dengan baik dengan berbagai prediksi ketidaksesuaian yang telah kami siasati jika memang banyak kendala. Belajar dari pengalaman perhelatan pertama kami banyak kurang di media publikasi sehingga di kesempatan kedua ini tak dilewatkan untuk secara optimal menyebarkan info pelaksanaan gigs DO IT TOGETHER vol.2 hal ini juga kembali tak terlepas dengan banyak kawan-kawan baru yang ikut terpanggil untuk bergabung mengorganisir gigs. 

Pada hari pelaksanaan gigs Do It Together vol.2 pengunjung yang hadir diluar prediksi kami, sangat begitu penuh hingga tak ada space cukup lebar untuk sedikit santai sambil membuka obrolan ringan, suasana begitu riuh di dalam maupun diluar arena. Beberapa pajangan lapak dari kawan-kawan juga penuh tertutup pinggang-pinggang yang nimbrung berdiri entah itu beli ataupun numpang ngobrol asyik.

Full Frontal tidak mau kalah juga, di gigs DIT #2 membuat sing a long 

Menurut saya Satu hal yang wajib kita syukuri dan pelajari dari momentum ini tentang bagaimana pengorganisiran event untuk berhasil menarik pengunjung dengan meriah adalah bukan hanya dari vaktor pendanaan maupun manajemen teknis yang sistematis. Terkadang latar belakang sikap pengorganisator juga mampu memberi sebuah improve potensi jumlah pengunjung yang hadir. Jika kalian cermati lebih objektif pengunjung yang datang dalam gigs tentunya bukan semata melihat pertunjukan musik tetapi juga lebih mencari tempat interaktif yang intra personal dengan membuka diskusi spontan ide-ide kreatif baru dari beberapa kawan mereka yang terkadang sulit untuk dijumpai pada hari-hari kesibukan kerja. Tentunya hal trersebut bukan rahasia umum lagi . Kesempatan ini pantas untuk terus kita hidupkan kedepan juga berharap mampu memberi ruang bagi sahabat-sahabat diluar skena yang memang dan memungkinkan untuk mau bergabung dalam lingkar jaringan kolektif . Kami sadar taman bermain mengasyikan ini bukan semata hak sebagian golongan saja, bahkan public juga memiliki bagian untuk bersukacita di dalamnya tentunya diluar kepentingan korporat dan media promosi industri. Semoga bisa berlanjut dengan bahagia.

Ketika dimingtai tolong menulis review acara ini saya sendiri kurang banyak mengetahui bagaimana keberalangsungan proses kolektif di era-era generasi pertama scene surabaya berkembang sebab saat itu saya sendiri masih sekelas anak SD ingusan yang menyibukan diri dengan mengejar layangan atau berjajan ria di warung chiki samping sekolah. Tetapi berdasar dari berbagai konsumsi literatur indie maupun cerita berkesinambungan dari kawan-kawan yang telah menjalani di eranya tersebut banyak juga jalan liku untuk menghidupi keberlangsungan skena ini. tak luput pula berbagai macam konflik pernah timbul baik itu secara idealis maupun kontak fisik. Terlepas dari masa-masa awal tersebut saya tidak bermaksud sama sekali membangkitkan luka lama atau membandingkan, sebab saya sendiri percaya setiap gerakan punya cara dan kendala masing-masing untuk dijalani poin terbaik adalah bagaimana mampu rendah hati dan saling menerima pembaharuan - mengisi setiap kekurangan dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Tidak terbayang bagaimana keharmonisan ini akan terus berlanjut melebar bahkan hingga diluar ruang hidup kami.

Akhir dari perhelatan gigs Do It Together vol.2 kami pulang kembali ke aktivitas kehidupan normal kami masing-masing. Saya sendiri cukup puas ketika melihat acara berlangsung cukup kondusif dan menghasilkan banyak ide-ide kreatif baru yang nantinya bisa kami olah kembali untuk diaplikasikan dalam jangka waktu kedepan di ruang belajar ini. Dari sekian banyak jumlah pengunjung yang datang telah mampu memberi apresiasi sangat baik pada gerakan musik sebagai perubahan positif gerakan sosial. Kabar baik lagi yang saya terima adalah perolehan profit acara Do It Together Vol.2 telah mampu diaplikasikan dalam bentuk pembelanjaan alat tulis sekitar kurang lebih 950 item dan akan disalurkan langsung oleh beberapa panitia ke sekolah tertinggal di pelosok wilayah kab. Sumeneb & Situbondo melalui kegiatan Relawan Mengajar, Sisanya kemarin beberapa perwakilan panitia juga menyisahkan sedikit untuk dana sumbangan kesehatan bagi kawan kita yang sedang mengalami sakit cukup kritis (Mas Bembi), bahkan disela-sela bantuan tersebut masih ada pula sebagian sisa dana kolektif yang disalurkan untuk mendukung gigs kecil kolektif kawan-kawan Hardcore yang digelar di tempat yang sama. Dari banyaknya nilai plus pasca perhelatan acara ini, tentunya semua tak pernal lepas dari partisipasi kawan-kawan yang sudah terlibat aktif tanpa mereka kolektif ini tak akan mampu terbangun jejaring sekuat ini . Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam melanjutkan keberlangsungan gagasan ini secara optimal dan lebih progresif. Semoga kedepan kami tetap mampu saling menebar semangat positif, berbagi dan saling menghidupi satu sama lain tanpa mengenal ampun.

Akhir kata saya masih sepakat dengan pernyataan Ian Mackaye bahwa musik bukan bahan candaan / hiburan saja dan tidak hanya untuk dijual. Tetapi musik telah menjadi gerbang bagi kita untuk mengenal perubahan bahkan melibatkan perubahan itu sendiri untuk menghidupi kita, kau, aku dan mereka entah sampai kapan dan pasti akan tetap terus ada.

"Ditulis untuk merayakan momen kebersamaan yang hidup kembali"



1 komentar: