"To me, music is no joke and it's not
for sale"
-Ian MacKaye-
Saat ini di lingkungan skena lokal
kita tidak dalam kondisi berperang, tidak dalam kondisi haus informasi, tidak
dalam kondisi lepas kendali, dan saat ini kita tidak dalam kondisi lesu
semangat sebab saat ini kita dalam posisi bertahan untuk saling menguatkan dan
menghidupi satu dengan yang lainnya.
Sebenarya ini cukup terlambat untuk
menulis sebuah review gigs yang sudah digelar dua edisi dan saya baru mengawali
tulisan ini beberapa minggu selepas edisi kedua berlangsung. sebelum memulai
banyak kata pada paragraf selanjutnya saya mencoba membuka dengan menjelaskan
bahwa saya tidak bermaksud untuk menulis dengan kebanggan dan fanatisme
berlebihan terhadap sebagian kelompok, saya juga bukan penulis dengan
pengetahuan literatur musik yang bagus seperti telah tersampai diatas mengenai
kondisi skena lokal kita di surabaya seperti penuturan seorang kawan di
tongkrongan beberapa pekan lalu ketika kami masih mempersiapkan urusan teknis
menuju perhelatan gigs "Do It Together yang ke-2.
Perform The Classhat menggila habis di DIT #2 |
"Bagaimana ini bermula?"
Awal kali saya mengetahui rencana
pengorganisiran gigs "Do It Together" dari seorang kawan bernama
Brian yang pada saat itu kami bertemu di salah satu tangkringan favorit
GARASI337, momen waktu itu juga merupakan perjumpaan pertama saya dengan brian
yang datang dengan membawa tawaran untuk membangun event musik dengan tujuan
dedikasi sosial bersama musisi dari band-band lokal. Ini bukan konsep yang baru
lagi tetapi dengan keyakinan saya pada ketulusan kawan baru ini, saya coba
membantu mengkomunikasikan pada forum tongkrongan malam itu maka sepakatlah
kami mengambil tema Do IT Together. Gagasan mengenai konsep gigs dan kolektif
ini bertujuan untuk membangun iklim skena lokal dalam mendedikasikan hasil
kegiatan sebagai panggilan tanggung jawab sosial, berbagi satu sama lain
melalui cara bermusik kami. Dari kesepakatan kami atas konsep acara terkumpul
tiga poin dasar yaitu: DONASI-DEDIKASI-PROMOSI kelak kami yakini
nantinya menjadi pondasi konsep di keberlanjutan acara DIT kedepan. Melalui
tiga poin dasar ini kami sepakat untuk menDONASIkan seluruh hasil
perolehan profit acara ke masyarakat di sekitar kami secara langsung sebagai
dana sosial . Kedua : Pada konsep DEDIKASI kami tidak hanya
mengaklamasikan pesan-pesan founding father HC / PUNK tentang gerakan perubahan
hanya melalui musik, kami sedikit mencoba merealisasikan melalui pembelajaran
dalam skena secara rileks dan sesuai kapasitas kami melalui rilisan zine sebagai
harapan kedepan agar mampu menjadi media interaktif antara satu individu dengan
kelompok / individu yang lain dan mungkin bisa membuka forum diskusi yang lebih
dialektis. Tentang PROMOSI poin ketiga ini juga merupakan unsur penting
dalam keterlibatan band lokal untuk lebih terkoneksi satu sama lain menghidupi
intensitas berkarya dalam skena lokal termasuk dalam keberlanjutan urusan dapur
produksi mereka kedepan.
Perform The Justice band Oi! dari kota Malang, membuat suasana makin panas. |
"Lakukan bersama-sama"
Perhelatan pertama "Do It
Together" dilancarkan pada satu venue dimana sebuah ruangan seperti garasi
mobil di M-Radio Surabaya disulap untuk arena mosphit lengkap bersama panggung
mini altar musisi lokal. Kala itu cuaca memang tidak mendukung hujan turun
diluar prediksi kami ketika band pertama mengetuk'kan dentuman tempo drumnya
dan penonton yang datang tidak lebih dari seperempat tiket masuk. Beberapa
panitia sempat kebingungan antara mengatur venue dan berpacu bersama
kekhawatiran jika acara ini gagal dan kami harus patungan lagi untuk menutup
kerugian operasional, tentunya rencana untuk donasi ke panti asuhan terganti
dengan Donasi kolektif kerugian. Tetapi diluar dugaan kecemasan kami, meskipun
hujan tetap turun satu persatu tiket acara mulai ludes terjual seiring halaman
parkiran motor yang dipenuhi pengunjung.
Beberapa Zine dan Rilisan CD Kompialsi DIT-1 juga Lenyap tak bersisa, keadaan ini membuat pikiran kami merasa lega melepas lelah dan mereduksi bersama euforia acara bercampur keringat beserta bau mulut dari kecapan estafet gelas anggur. Jika salah satu dari kalian yang membaca tulisan ini sempat menghadiri event gigs DIT. Edisi pertama tentunya mersakan sendiri bagaimana hangatnya venue petang itu diantara suhu dingin hujan dan dentuman kencang tempo musik HC/PUNK, underground. Tanpa batas barigade-tanpa sekat usia, semua pengunjung baik panitia maupun penonton sama-sama lepas dalam euforia acara. Terlebih di luar venue tempat band berlangsung juga ada deretan lapakan baca yang digagas oleh komunitas Taman Bacaan Masyarakat "Tenda Buku". Sebagian yang datang juga mengerubungi lapak sablonase GARASI337 yang dengan sibuknya mencetak tumpukan kaos dengan desain gambar poster event. Petang itu terasa hangat sekali seperti momentum reunian dan kerinduan tentang Gigs Sebagai tempat rekreasi dan berbagi interaksi antar personal hingga kelompok-kelompok kolektif kecil berbagai latar belakang.
Beberapa Zine dan Rilisan CD Kompialsi DIT-1 juga Lenyap tak bersisa, keadaan ini membuat pikiran kami merasa lega melepas lelah dan mereduksi bersama euforia acara bercampur keringat beserta bau mulut dari kecapan estafet gelas anggur. Jika salah satu dari kalian yang membaca tulisan ini sempat menghadiri event gigs DIT. Edisi pertama tentunya mersakan sendiri bagaimana hangatnya venue petang itu diantara suhu dingin hujan dan dentuman kencang tempo musik HC/PUNK, underground. Tanpa batas barigade-tanpa sekat usia, semua pengunjung baik panitia maupun penonton sama-sama lepas dalam euforia acara. Terlebih di luar venue tempat band berlangsung juga ada deretan lapakan baca yang digagas oleh komunitas Taman Bacaan Masyarakat "Tenda Buku". Sebagian yang datang juga mengerubungi lapak sablonase GARASI337 yang dengan sibuknya mencetak tumpukan kaos dengan desain gambar poster event. Petang itu terasa hangat sekali seperti momentum reunian dan kerinduan tentang Gigs Sebagai tempat rekreasi dan berbagi interaksi antar personal hingga kelompok-kelompok kolektif kecil berbagai latar belakang.
Di pelaksanaan perhelatan gigs DIT.
Pertama tentunya tak lepas dari peran tangan dan keringat kawan-kawan yang
banyak mengisi, baik itu secara bantuan teknis maupun penghubung jaringan mulai
dari kebutuhan foto kopi sampai sumbangan kolektif. Jika beberapa yang tidak
objektif dalam mengamati teknis manajemen event mungkin mengira acara ini
dikelola oleh segelintir tenaga pribadi yang multifungsi. Berbeda dengan
spekulasi tersebut kenyataan dilapangan pengorganisiran event ini terlihat
sangat otonom dan demokratis. Dimana semua mengambil peran tugas sesuai
kemampuan dan kapasitas masing-masing dari kesadaran kolektif. Saya sendiri
masih ingat bagaimana beberapa kawan yang sempat mengeluh pesimis bagaimana
bisa membangun event dari modal nol Hanya berbekal jaringan pertemanan dan
janji aksi sosial, tentunya tak lebih seperti partai politik bukan? Tapi
beberapa dari kami selaku pengorganisir berikhtiar untuk tetap optimis
bagaimana ketulusan dan komitmen baik menjadi dasar tanggung jawab harga mati,
yang nantinya jika meleset pertaruhan utama adalah masa depan relasi pertemanan
hingga keberlangsungan kolektif ini tentunya. Ohya pada perlehatan DIT. Pertama
ini sempat di isi oleh beberapa nama band lokal surabaya seperti : SCREAMING
OUT - THE SINNERS - INSTANT - BLACK DIAMOND - POLUTION ATTACK - FULL LOYALITY -
WOLFXFEET - STRENGHT OF CHANGE - HOLD - US. DOLLAR - RAISING DOWN - NYAM NYAM
CHEESE - FROM KIDS - FLOW DOWN - POLLAR 33.
Kebanyakan masih dari band HC-PUNK
skena lokal itu pun atas kesukarealaan kawan-kawan band yang patungan kolektif
sebagai pengisi acara. Terlebih dari hal tersebut kawan-kawan pengorganisir
menyampaikan banyak rasa hormat dan terima kasih tanpa batas entah bagaimana membalas
kebaikan kawan-kawan ini. Kami hanya berharap pada momentum disaat tergugahnya
semangat solid pada tempo waktu ini agar dapat terus terjaga dengan baik kelak
sebagai bekal untuk berkembang bersama-sama.
Satu minggu selepas perhelatan acara
DIT. Yang pertama kami berinisiatif kembali berkumpul untuk melakukan evaluasi
dan rekapitulasi hasil profit perolehan acara yang nantinya akan dipublikasikan
kemudian lekas disalurkan ke Panti Asuhan sebab beberapa hari sebelumnya salah
satu kawan kami sudah menemukan rujukan sebuah rumah panti asuhan yang sangat
membutuhkan bantuan. Diluar rencana yang telah disusun ternyata respon baik dan
kesukarelaan kawan-kawan yang terkumpul secara materi cukup banyak mulai dari
buku, kebutuhan pokok, pakaian layak pakai, hingga obat-obatan penunjang
kesehatan yang kelak bisa dipergunakan oleh sahabat-sahabat di panti asuhan.
Perform band asal kota udang Sidoarjo Black Rawk Dog, membuat para audience bergoyang ria. |
"Melanjutkan kembali momentum kebersamaan"
Layaknya seperti slogan "Manusia
tidak akan pernah terpuaskan oleh keinginan" serupa dengan kondisi selepas
perhelatan DIT. Pertama. Beberapa kawan yang sempat mengorganisir kembali
melanjutkannya untuk perhelatan di edisi kedua. Tentunya ketidakpuasan
kawan-kawan ini buka berdasar dari pencapaian eksitensi dan pembangunan image
komunitas saja, terlebih dari itu kesempatan ini merupakan sebuah momentum
berkumpul yang pantas untuk disalurkan melalui aktifitas kolektif yang positif.
Berbekal dari pengalaman pelaksanaan gigs pertama dan sisa hasil kolektif yang
sengaja disimpan sedikit sebagai modal keberlanjutan kegiatan ini, beberapa
kawan bersepakat untuk melanjutkan dengan konsep yang lebih meluas Poin
pertama - adalah kami membuka pintu partisipan band lebih lebar pada debut
album kompilasi DIT. Volume dua tercatat ada sekitar 50 band lokal dengan
berbagai macam genre. Harapan kami tak lebih dari memperluas jangkauan dengar
musik kawan-kawan kami di scene surabaya. Poin kedua - Penggarapan Zine
sebagai media cetak interaktif telah di isi oleh banyak konten tulisan dan
review band yang cukup informatif kelak nantinya dapat menjadi berkelanjutan di
ruang-ruang diskusi antar tongkrongan. Poin ketiga - Konsep donasi telah
dialokasikan dari profit penjualan CD kompilasi, Tiket masuk, dan profit lapak
(Yang sebelumnya hanya dari tiket masuk serta sumbangan beberapa kawan)
dari ketiga poin tersebut masih ada beberapa konsep kreatif yang menjadikan
DIT. Sebagai mediator antar lingkar jaringan gigs khususnya di skena lokal
surabaya.
Di perhelatan DIT. volume kedua ini
kawan-kawan bersepakat menylenggarakan di akhir bulan Juli tepatnya pada
tanggal 22 bertempat di P-two Cafe Surabaya dengan beberapa band pengisi acara
sperti : BRIGADIR
MALLABY - FULL FRONTAL - DEPO SAMPAH - WAR FIGHTER - TIKAM - LAST OF NIGHTMARE
- BAD IDEA - BLACK RAWK DOG - VITAL PENTOLS - THE CLASS HAT - FIRE BRENDER -
LEVITICUS - THE JUSTICE. Diluar stage band
pengisi acara partisipan untuk workshop kreatif digawangi oleh aksi Cetak Sablon Kaos ( oleh: GARASI337 )
featuring dengan Cetak grafis "Cukil Kayu" media: poster & kaos (
Oleh : Redi Murti ).
Rencana telah disusun dengan baik dengan
berbagai prediksi ketidaksesuaian yang telah kami siasati jika memang banyak
kendala. Belajar dari pengalaman perhelatan pertama kami banyak kurang di media
publikasi sehingga di kesempatan kedua ini tak dilewatkan untuk secara optimal
menyebarkan info pelaksanaan gigs DO IT TOGETHER vol.2 hal ini juga kembali tak
terlepas dengan banyak kawan-kawan baru yang ikut terpanggil untuk bergabung
mengorganisir gigs.
Pada hari pelaksanaan gigs Do It Together
vol.2 pengunjung yang hadir diluar prediksi kami, sangat begitu penuh hingga
tak ada space cukup lebar untuk sedikit santai sambil membuka obrolan ringan,
suasana begitu riuh di dalam maupun diluar arena. Beberapa pajangan lapak dari
kawan-kawan juga penuh tertutup pinggang-pinggang yang nimbrung berdiri entah
itu beli ataupun numpang ngobrol asyik.
Menurut saya Satu hal yang wajib kita syukuri
dan pelajari dari momentum ini tentang bagaimana pengorganisiran event untuk
berhasil menarik pengunjung dengan meriah adalah bukan hanya dari vaktor
pendanaan maupun manajemen teknis yang sistematis. Terkadang latar belakang
sikap pengorganisator juga mampu memberi sebuah improve potensi jumlah
pengunjung yang hadir. Jika kalian cermati lebih objektif pengunjung yang
datang dalam gigs tentunya bukan semata melihat pertunjukan musik tetapi juga
lebih mencari tempat interaktif yang intra personal dengan membuka diskusi
spontan ide-ide kreatif baru dari beberapa kawan mereka yang terkadang sulit
untuk dijumpai pada hari-hari kesibukan kerja. Tentunya hal trersebut bukan
rahasia umum lagi . Kesempatan ini pantas untuk terus kita hidupkan kedepan
juga berharap mampu memberi ruang bagi sahabat-sahabat diluar skena yang memang
dan memungkinkan untuk mau bergabung dalam lingkar jaringan kolektif . Kami
sadar taman bermain mengasyikan ini bukan semata hak sebagian golongan saja,
bahkan public juga memiliki bagian untuk bersukacita di dalamnya tentunya
diluar kepentingan korporat dan media promosi industri. Semoga bisa berlanjut
dengan bahagia.
Ketika dimingtai tolong menulis review acara
ini saya sendiri kurang banyak mengetahui bagaimana keberalangsungan proses
kolektif di era-era generasi pertama scene surabaya berkembang sebab saat itu
saya sendiri masih sekelas anak SD ingusan yang menyibukan diri dengan mengejar
layangan atau berjajan ria di warung chiki samping sekolah. Tetapi berdasar
dari berbagai konsumsi literatur indie maupun cerita berkesinambungan dari
kawan-kawan yang telah menjalani di eranya tersebut banyak juga jalan liku untuk
menghidupi keberlangsungan skena ini. tak luput pula berbagai macam konflik
pernah timbul baik itu secara idealis maupun kontak fisik. Terlepas dari
masa-masa awal tersebut saya tidak bermaksud sama sekali membangkitkan luka
lama atau membandingkan, sebab saya sendiri percaya setiap gerakan punya cara
dan kendala masing-masing untuk dijalani poin terbaik adalah bagaimana mampu
rendah hati dan saling menerima pembaharuan - mengisi setiap kekurangan dengan
kemampuan dan kapasitas masing-masing. Tidak terbayang bagaimana keharmonisan
ini akan terus berlanjut melebar bahkan hingga diluar ruang hidup kami.
Akhir dari perhelatan gigs Do It Together
vol.2 kami pulang kembali ke aktivitas kehidupan normal kami masing-masing.
Saya sendiri cukup puas ketika melihat acara berlangsung cukup kondusif dan
menghasilkan banyak ide-ide kreatif baru yang nantinya bisa kami olah kembali
untuk diaplikasikan dalam jangka waktu kedepan di ruang belajar ini. Dari
sekian banyak jumlah pengunjung yang datang telah mampu memberi apresiasi
sangat baik pada gerakan musik sebagai perubahan positif gerakan sosial. Kabar
baik lagi yang saya terima adalah perolehan profit acara Do It Together Vol.2
telah mampu diaplikasikan dalam bentuk pembelanjaan alat tulis sekitar kurang
lebih 950 item dan akan disalurkan langsung oleh beberapa panitia ke sekolah
tertinggal di pelosok wilayah kab. Sumeneb & Situbondo melalui kegiatan
Relawan Mengajar, Sisanya kemarin beberapa perwakilan panitia juga menyisahkan
sedikit untuk dana sumbangan kesehatan bagi kawan kita yang sedang mengalami
sakit cukup kritis (Mas Bembi), bahkan disela-sela bantuan tersebut masih ada
pula sebagian sisa dana kolektif yang disalurkan untuk mendukung gigs kecil
kolektif kawan-kawan Hardcore yang digelar di tempat yang sama. Dari banyaknya
nilai plus pasca perhelatan acara ini, tentunya semua tak pernal lepas dari
partisipasi kawan-kawan yang sudah terlibat aktif tanpa mereka kolektif ini tak
akan mampu terbangun jejaring sekuat ini . Kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam melanjutkan keberlangsungan gagasan ini
secara optimal dan lebih progresif. Semoga kedepan kami tetap mampu saling
menebar semangat positif, berbagi dan saling menghidupi satu sama lain tanpa
mengenal ampun.
Akhir kata saya masih sepakat dengan
pernyataan Ian Mackaye bahwa musik bukan bahan candaan / hiburan saja dan tidak
hanya untuk dijual. Tetapi musik telah menjadi gerbang bagi kita untuk mengenal
perubahan bahkan melibatkan perubahan itu sendiri untuk menghidupi kita, kau,
aku dan mereka entah sampai kapan dan pasti akan tetap terus ada.
"Ditulis untuk merayakan momen kebersamaan yang hidup kembali"
manthapppp abesssss
BalasHapus